Peraturan Desa
SEJARAH DESA PULAU MENTARO
Lampiran File
sejarah desa | Download |
SEJARAH DESA PULAU MENTARO
Pada zaman dahulu di wilayah desa Pulau Mentaro sekarang ini adalah merupakan suatu pemukiman penduduk yang terletak di pinggir Sungai Kumpeh yang terdiri dari 3 (tiga) buah perkampungan yang letaknya berjauhan untuk ukuran pada masa tersebut, adapun nama kampungnya adalah :
- Kampung Sungai Air Hitam atau disebut juga Kampung Kemang Manis dengan Kepala Kampungnya Datuk Syakban, lokasi kampung ini di wilayah sebrang sungai Kumpeh tepatnya di pinggir sungai Air Hitam Kecil yang merupakan anak Sungai Kumpeh.
- Kampung Lanjut dengan Kepala Kampungnya Datuk Panglimo Kemas Leman, lokasi kampung ini berada di wilayah hilir desa Pulau Mentaro pada saat ini.
- Kampung Tambak dengan Kepala Kampungnya Datuk Syarif, lokasi kampung ini berada di wilayah sebelah Ulu desa Pulau Mentaro pada saat ini.
Bukti keberadaan ketiga kampung tersebut pada zaman dulu yaitu sampai saat ini masih ditemukannya makam-makam keramat yang berusia tua tempat dikuburkannya masyarakat dari ketiga kampung tersebut yaitu di wilayah sebrang desa terutama di wilayah aliran Sungai Air Hitam Kecil sebagai bukti keberadaan Kampung Sungai Air Hitam, di wilayah Ulu desa Pulau Mentaro sebagai bukti keberadaan Kampung Tambak dan di wilayah Hilir desa Pulau Mentaro sebagai bukti keberadaan Kampung Lanjut.
Ketiga kampung tersebut walaupun letaknya berjauhan namun mereka hidup rukun, tentram dan damai saling bantu dalam segala bidang baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi ancaman dari luar sehingga walaupun dalam kenyataannya terpisah namun dalam kehidupannya seperti satu kampung saja.
Pada masa itu di Kampung Lanjut berdiam seorang Ranggo (Pegawai setingkat Kecamatan pada zaman sekarang) yang merupakan warga asli Kampung Lanjut yang bernama Datuk Kamat, beliau ini termasuk orang terhormat serta bijaksana di dalam menyelesaikan segala macam persoalan. Datuk Kamat inilah yang mempunyai gagasan untuk menyatukan ketiga kampung tersebut untuk lebih memudahkan dalam pelayanan serta dalam kehidupan bermasyarakat, terutama untuk Kampung Sungai Air Hitam yang lokasinya jauh dari pinggir Sungai kumpeh yang pada saat itu merupakan jalur transportasi utama di wilayah Kumpeh. Untuk merealisasikan gagasannya tersebut maka beliau mengundang ketiga kepala kampung tersebut dengan tua tengganai masing-masing untuk membicarakan masalah tersebut.
Pada pertemuan tersebut akhirnya disepakati untuk memindahkan masyarakat di Kampung Sungai Air Hitam untuk dimukimkan di sekitar kedua Kampung tersebut yaitu di perbatasan kampung antara Kampung Tambak dengan Kampung Lanjut yang masih kosong, sejak saat itulah masyarakat ketiga kampung tersebut hidup secara bersama-sama dalam satu tatanan budaya.
Dalam perkembangan selanjutnya keberadaan masyarakat Kampung Sungai Air Hitam yang bermukim di wilayah perbatasan antara Kampung Tambak dan Kampung Lanjut menjadikan sebutan untuk mereka berubah tidak lagi Kampung Sungai Air Hitam tapi berkembang sebutan kampung PULAU MENTARO, sebutan tersebut dikembangkan oleh masyarakat kampung Tambak dan kampung Lanjut karena mereka beranggapan telah disatukan dalam satu tempat / diPULAUkannya masyarakat kampung Sungai Air Hitam di wilayah batas /MENTARO kampung Tambak dan kampung Lanjut.
Seiring zaman yang terus berkembang terjadi akulturasi/pencampuran budaya, adat istiadat dan perkawinan silang diantara masyarakat ketiga kampung tersebut, jumlah penduduk semakin meningkat sehingga tidak ada lagi nampak perbedaan baik dari segi wilayah maupun dari kehidupan masyarakat ketiga kampung tersebut sehingga dari luar ketiga kampung tersebut nampak seperti satu kampung saja namun merupakan sebuah kampung yang berukuran cukup besar pada masa itu baik dari segi wilayah maupun jumlah penduduk. Dalam sebutan untuk kampung tersebut juga mengalami perubahan, karena kampung Pulau Mentaro terletak di tengah-tengah dan tidak adanya lagi batas-batas diantara ketiga kampung tersebut maka akhirnya ketiga kampung tersebut lebih dikenal dengan sebutan kampung Pulau Mentaro hingga saat ini.
Kejadian penyatuan ketiga kampung tersebut sehingga terlahirlah sebutan nama kampung/desa Pulau Mentaro terjadi sekitar awal tahun 1900-an, hal ini dapat ditentukan berdasarkan catatan sejarah terutama dapat dilihat dari peninggalan berupa batu nisan di pemakaman yang ada di bekas wilayah kampung Sungai Air Hitam dimana tidak ada lagi batu nisan yang bertuliskan tahun 1900-an.
Pada awal penyatuannya ketiga kampung tersebut tetap mempunyai kepala kampung masing-masing yang mengatur kehidupan dan pemerintahan masing-masing, namun seiring dengan perkembangan zaman dimana terjadinya pencampuran budaya dan masyarakat yang terjadi dan juga dengan berkembangnya sistem pemerintahan pada saat itu maka pada sekitar tahun 1920-an ketiga kampung tersebut sudah memiliki seorang kepala kampung yang bergelar Penghulu yang membawahi masyarakat dan pemerintahan ketiga kampung tersebut, dan yang menjadi Kepala Kampung pertamanya yaitu Penghulu Boton.
Pada saat ini khususnya pada orang-orang tua masih adanya pengetahuan pada mereka mengenai asal usul keturunan mereka, sehingga di Pulau Mentaro ada sebutan untuk asal usul keturunannya yaitu sebagai orang Sungai (berarti keturunan masyarakat Kampung Sungai Air Hitam), orang di Ulu (berarti keturunan masyarakat Kampung Tambak) dan orang di Hilir (berarti keturunan masyarakat Kampung Lanjut).